CINTA MELAHIRKAN PERSAHABATAN
Udara pagi yang sejuk mengiringi langkahku menuju sekolah. Sesampainnya
di sekolah, aku bertemu dengan teman lamaku dan berkenalan dengan teman
baruku. Tak terkecuali dengan seseorang bernama Glen. Lelaki yang
humoris, baik dan cukup ramah.
Teman sebangku ku adalah Felia. Dia adalah wanita yang pemalu, baik dan
manis. Saat kami sedang berbincang, tiba-tiba Felia berkata padaku..
“Mey, mungkin perasaanku aja atau dia beneran liatin kamu ya?”
“Dia? Siapa?” Tanyaku
“Si Glen” jawab Felia
“Masa sih? Sepertinya perasaan kamu aja deh.” kata ku
“Mungkin…” kata Felia
Jujur saja, aku tak memperdulikan hal itu. Namun, tak hanya Felia
yang berkata seperti itu, teman-teman ku yang lain juga berkata seperti
itu. Sejak saat itu aku selalu memperhatikan Glen. Glen semakin baik
terhadapku. Dia seringkali membantuku. Dia selalu tersenyum kepadaku.
Langit cerah menemaniku ke sekolah, panas matahari tak menghalangi
langkahku. Hari itu, hari pertama aku masuk siang setelah sebelumnya aku
masuk pagi saat MOS. Setelah libur panjang karena lebaran, aku harus
masuk sekolah lagi. Sebelum masuk ke dalam kelas, aku sempat melihat
senyuman khas dari seseorang. Glen sedang berkumpul dengan
teman-temannya, dia tersenyum padaku. Ku lihat lesung pipitnya yang
sangat manis. Aku pun tertarik padanya, mungkin… Aku jatih cinta
padanya.
27 Agustus 2013. “Fel, gimana ya, caranya?” tanyaku
“Cara apa?” Tanya Felia
“Cara, agar Glen mengetahui perasaanku” Jawabku
“Hmmm… Kamu bilang aja ke dia. Siapa tau, dia suka sama kamu. Kalian bisa jadian kan?” Kata Felia
“Gak semudah itu! Aku kan perempuan.. Masa aku duluan yang bilang?
Harusnya lelaki lebih dulu yang bilang. Lagi pula… Kami berbeda.
Keyakinan kami berbeda. Dia beragama kristen, sedangkan aku islam.” Kata
ku
“Ya, benar! Tapi aku pasti bantuin kamu! Tenang aja Mey” Kata Felia
“Caranya?” Tanya ku
“Lihat aja nanti!” Jawab Felia sambil meninggalkanku…
28 Agustus 2013. Ku lihat Felia sedang bersama dengan Glen. Mereka
terlihat sedang membicarakan suatu hal. Aku melihat ekspresi Glen yang
terlihat bingung. Aku pun menghampiri keduanya. Saat aku berada di dekat
mereka, Felia langsung tersenyum. Glen kaget melihatku, dia terlihat
malu dan memalingkan wajahnya. Dia langsung tersenyum kepadaku dan
meninggalkan aku yang sedang bersama Felia. Aku bingung dengan sikapnya.
Tak biasanya dia begitu.. Biasanya, aku yang bersikap begitu
terhadapnya. Baru kali ini aku melihatnya dia tersipu malu saat
melihatku, aku sangat menyukai ekspresinya saat itu.
Sepulang sekolah, dia menghampiriku. Saat itu dia langsung menyatakan
perasaannya terhadapku. Aku sangat bingung, antara percaya atau tidak
percaya. Saat itu aku hanya diam. Hening! Tak ada yang berbicara..
Setelah beberapa menit suasana menjadi hening, aku mulai berbicara
padanya. “Glen… Makasih ya, udah menyatakan perasaan kamu. Tapi, aku
masih bingung. Aku belum bisa jawab.” Kata ku
“Ya… Enggak apa-apa kok. Kamu bisa jawab kapan aja, Mey. Aku gak akan
maksa kamu untuk jawab sekarang.” Kata Glen sambil tersenyum
Aku pergi meninggalkannya. Aku sempat berbalik badan tuk melihatnya, dia
masih berdiri di tempat semula sambil tersenyum ke arahku. Aku membalas
senyumannya dan kembali berjalan untuk pulang.
29 Agustus 2013. Aku sudah berencana untuk menjawab pertanyaan Glen.
Aku tak ingin menggantungnya begitu saja. Sepulang sekolah aku
menghampirinya.
“Glen! Tunggu!” Kata ku sambil mengejarnya.
Glen berhenti dan tersenyum. “Ada apa?” Tanya Glen
“Hmmm… Soal yang kemarin, aku mau jawab pertanyaan kamu” Kata ku
“Soal apa?” Tanya Glen dengan nada mengejek dan wajah yang pura-pura bingung.
Aku tak menghiraukannya dan melanjutkan kata-kataku. “Tadinya, aku
enggak niat untuk jawab sekarang. Tapi aku juga enggak mau ngegantung
kamu. Jadi, aku…” Kata-kata ku terputus. Mulutku terkunci. Aku sendiri
bingung dengan sikapku.
“Kamu kenapa, Mey?” Tanya Glen
Aku menatap matanya. Seakan terhipnotis, aku langsung tersenyum dan
berkata “Aku udah punya jawaban Glen. Sebetulnya, aku juga suka sama
kamu. Aku mau jadi pacar kamu…”
—
Sudah 3 bulan aku berpacaran dengan Glen… Banyak cerita tentang dia
yang tak bisa aku lupakan. Aku semakin mencintainya, begitu pun dengan
dia. 2 Desember 2013, aku melihatnya di lapangan. Saat itu sedang ada di
pelajaran olahraga. Seusai pelajaran olahraga, semua murid pergi ke
kantin. Kelas sepi, hanya ada aku, Glen dan Felia. Seperti biasa, Glen
langsung tersenyum saat melihatku. Namun kali ini aku tak membalas
senyumannya. Glen tampak bingung. Sedangkan Felia sudah pergi
meninggalkan kami.
“Kamu kenapa?” Tanya Glen
“Glen, maaf…” Kata ku
“Maaf?” Glen semakin bingung
“Ya. Menurutku, hubungan kita cukup sampai disini..” Ucapan ku terputus
“Maksud kamu apa sih?! Aku enggak ngerti!” Kata Glen
“Kita berbeda keyakinan. Itu adalah faktanya! Aku sayang sama kamu,
makannya aku lakuin ini! Aku enggak mau kamu mengecewakan keluargamu.
Lagi pula, aku ingin fokus belajar” Aku menjelaskan semuanya, sebenarnya
ini semua ku lakukan karena orangtuaku yang melarangku untuk
berhubungan dengan Glen. ‘Bodohnya aku! Mengapa aku menerima Glen?
Seharusnya, aku menolaknya dari awal!’ aku memaki diriku sendiri dalam
hati. Glen sudah meninggalkanku.
Setelah aku putus dengan Glen, banyak lelaki yang mendekatiku. Begitu
juga dengan Glen, banyak wanita yang mendekatinya. Namun kami berdua
masih saling mencintai. Kami tak pernah tertarik pada orang lain.
Walaupun sudah putus, kami masih berhubungan dengan baik sebagai
sepasang sahabat. Aku menikmati hari-hariku bersamanya. Walau kami hanya
sebatas sahabat, tapi kami saling mencintai. Aku harap selamanya kami
akan tetap begini…
“Glen… Kamu adalah cinta pertamaku. Mungkin kita tak di takdirkan
untuk bersama. Semoga kamu mendapatkan pasangan yang lebih baik dariku.
Aku selalu mencintaimu”
END..
referensi : http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-pertama/cinta-melahirkan-persahabatan.html
Minggu, 23 November 2014
Kamis, 02 Oktober 2014
PENEMU MESIN FOTOCOPY
BIOGRAFI CHESTER CARLSON
Chester Flood Carlson merupakan Penemu dari Mesin Fotocopy dilahirkan pada tanggal 8 Februari 1906 di Seattle, Washington, Amerika Serikat Ayahnya mengidap penyakit TBC membuat dia harus bekerja keras untuk mendapatkan biaya pengobatan. Pada saat berusia 17 tahun Ibunya meninggal dan empat tahun setelah ibunya meninggal ayah Carlson menyusul. Hal ini tidak membuat Carlson patah semangat untuk belajar. Dia bisa menyelesaikan pendidikannya hingga bangku kuliah yaitu di California Institute of Technology. setelah menamatkan kuliahnya, Carlson kemudian bekerja di sebuah perusahaan pembuat barang elektronik. Chester Carlson mengawali pekerjaannya sebagai penyalin dokumen paten di sebuah peruahaan analisis paten, Carlson berpikir untuk mempercepat pekerjaannya yaitu dengan membuat sebuah alat yang bisa mencetak dokumen secara berulang-ulang. Ia pun membaca berbagai referensi mengenai mesin cetak. Akhirnya, ia menemukan konsep elektrofotografi, yang sekarang kita kenal sebagai mesin fotokopi.
Pada 1938, Chester Carlson membuat eksperimen kecil yang memanfaatkan bubuk jelaga (karbon) dan penyinaran cahaya dan memindahkan suatu tulisan dari sebuah medium ke medium yang lain. Ia juga menggunakan konsep yang disebut photo-conductivity, sebuah proses perubahan elektron jika terkena cahaya. Intinya, dengan proses ini, gambar bisa digandakan dengan proses perubahan elektron tersebut. Sebagian besar literatur menyebutkan, temuan Carlson menciptakan proses mengkopi dengan menggunakan energi elektrostatik, yaitu xenography.
Nama xenography berasal dari bahasa Yunani, radical xeros (kering) dan graphos (menulis). Karena, dalam prosesnya tidak melibatkan cairan kimia, tak seperti teknologi sebelumnya. Melalui teknik ini, Chester Carlson telah menemukan cara yang merombak paradigma penulis ulangan sebuah dokumen, yang nantinya akan menjadi proses yang disebut fotokopi. Teknik ini kemudian dipatenkan pada 6 Oktober 1942.
Selama beberapa tahun, Chester Carlson mencoba menyempurnakan temuannya ini. Meski sangat berguna, mesin elektrofotografi ini tidak
diminati banyak orang, karena mesin tersebut dianggap tidak memiliki masa depan yang menjanjikan. Chester yang berhasil membuat alat itu harus berjualan konsep bertahun-tahun lamanya agar mesin fotokopi itu bisa dijual di pasaran. Berbagai perusahaan besar seperti Kodak yang menjual peralatan dan proses pemotretan, IBM dan General Electric, menolak temuan itu. Setelah hampir putus asa, Chester mendapat mitra pertama Batelle Memorial Institute yang bersedia memodali dengan dana dan usaha dan kemudian bersama sama berhasil meyakinkan Haloid, sebuah perusahaan menengah Haloid Corporation, New York yang menjual kertas foto mau menjadi mitranya untuk mengembangkan temuannya Haloid Company kemudian merubah nama mesin fotocopy pertama elektrofotografi karena dianggap kurang memiliki nilai jual, lalu diusulkanlah nama dengan nama Xerography. Xerography menjadi komersial setelah diadopsi oleh Xerox Corporation.
Pada 1938, Chester Carlson membuat eksperimen kecil yang memanfaatkan bubuk jelaga (karbon) dan penyinaran cahaya dan memindahkan suatu tulisan dari sebuah medium ke medium yang lain. Ia juga menggunakan konsep yang disebut photo-conductivity, sebuah proses perubahan elektron jika terkena cahaya. Intinya, dengan proses ini, gambar bisa digandakan dengan proses perubahan elektron tersebut. Sebagian besar literatur menyebutkan, temuan Carlson menciptakan proses mengkopi dengan menggunakan energi elektrostatik, yaitu xenography.
Nama xenography berasal dari bahasa Yunani, radical xeros (kering) dan graphos (menulis). Karena, dalam prosesnya tidak melibatkan cairan kimia, tak seperti teknologi sebelumnya. Melalui teknik ini, Chester Carlson telah menemukan cara yang merombak paradigma penulis ulangan sebuah dokumen, yang nantinya akan menjadi proses yang disebut fotokopi. Teknik ini kemudian dipatenkan pada 6 Oktober 1942.
Selama beberapa tahun, Chester Carlson mencoba menyempurnakan temuannya ini. Meski sangat berguna, mesin elektrofotografi ini tidak
Salah satu produk awal Xerox adalah Xerox 914, mesin foto kopi otomatis pertama yang menggunakan proses xenography. Dinamai Xerox 914 untuk merujuk pada kemampuan mesin dalam mengkopi kertas dengan ukuran 9 inci x 14 inci (229 mm x 356 mm). Xerox 914, yang dapat mengkopi hingga 100 ribu kertas per bulan, sangat popular di kalangan masyarakat pada masa itu. Produk ini menyumbang pendapatan perusahaan hingga 60 juta dolar AS. Kesuksesan itu membuat perusahaan memutuskan untuk mengubah namanya dari Haloid menjadi Xerox pada 1958. Hingga kini Xerox merupakan perusahaan mesin foto copy dan printer terkemuka di dunia.
Produk yang dihasilkan perusahaan yang kini bermarkas di Stamford, Connecticut, AS itu pada 2006 lalu berhasil membukukan pendapatan 15,9 miliar dolar AS. Jumlah karyawannya mencapai 53.700 orang, tersebar di dunia. Chester Carlson meninggal pada 9 September 1968, di Rochester, New York, karena penyakit hati yang kronis. Berkat temuannya melalui mesin fotocopy, Chester Carlson telah menemukan cara yang merombak paradigma penulis ulangan sebuah dokumen. Hingga sekarang, proses ini hampir tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan modern. Dengan penemuan Chester Carlson ini pula kini kita dengan mudah, murah dan cepat untuk menggandakan sebuah dokumen.
Referensi :
- http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016942127
- http://kisah-penemu.blogspot.com/2010/02/penemu-mesin-fotocopy.html
- http://kolom-biografi.blogspot.com/2013/01/biografi-chester-carlson-penemu-mesin.html
Langganan:
Postingan (Atom)